Selasa, 31 Agustus 2010

Artikel

OTAK KANAN KITA TERABAIKAN PROSES PENDIDIKAN

Dalam dua dasawarsa terakhir ini penelitian mengenai bahan otak manusia (brain lateralization) semakin maju. Sebelum ada penelitan tentang hal itu, para ahli psikologi masih berpendapat bahwa dua belahan otak manusia berfungsi identik. Belahan otak kiri dan kanan tidak ada bedanya. Bahkan ada yang berpendapat bahwa belahan otak kanan merupakan ‘suku cadang’ bagi belahan otak kiri jika pada suatu saat belahan otak kiri tersebut mengalami malfungsi.
Anggapan yang keliru ini kemudian dipatahkan oleh berbagai penelitian mengenai belahan otak manusia yang pada akhirnya menyimpulkan bahwa sebenarnya otak kiri dan otak kanan manusia memiliki fungsi yang berbeda. Fair-weather dalam artikelnya: Sex Differences in Brain Organization, yang dipublikasikan dalam Jurnal The Behavioral and Brain Sciences menjelaskan bahwa pria cenderung lebih menggunakan satu belahan otak, dan wanita cenderung menggunakan kedua belahan otak  (kiri dan kanan).
Proses berpikir merupakan aspek penting dalam pendidikan. Mengapa demikian? Karena pendidikan, pada hakikatnya memang berupa melatih otak pikir manusia agar ia menjadi insan yang mandiri dan otonom. Oleh karena itu, memahami berbagai teori dan hasil penelitian dalam brain lateralization akan sangat membantu bagi pencapaian target pendidikan dasar, menengah, maupun pendidikan tinggi.
Di Republik ini, praktik-praktik pendidikan sekolah, kenyataannya belum memanfaatkan laju pertumbuhan teori dan hasil penelitian di dalam bidang belahan otak manusia. Proses belajar mengajar masih berorientasi pada fungsi belahan otak kiri tanpa memberikan kesempatan berkembang secara proporsional pada belahan otak kanan. Dampak dalam praktik demikian dapat dilihat dengan jelas pada rendahnya kreativitas pada para peserta didik. Peserta didik kurang mendapatkan latihan untuk berpikir divergent.


Minggu, 29 Agustus 2010

Hadist tentang hati

Hati adalah Cermin
 
ROHANI

Hati adalah Cermin
Oleh : Zaldy Munir | 16-Okt-2007, 19:45:51 WIB
KabarIndonesia - Hati adalah cermin pribadi setiap manusia. Lalu, cermin model manakah yang kita miliki dalam hati kita? Apakah hati kita bersih laksana cermin yang berkilau sehingga manantulkan perbuatan yang baik, ataukah malah kotor dan buram yang membuat kita selalu buruk? Hal ini sepertinya tergantung bagaimana kita merawat cermin hati yang kita miliki.
Bila kita selalu menjaga hati agar selalu bersih dan bening, maka cerminan perbuatan yang muncul pun akan selalu baik dan benar. Sebaliknya, kalau selalu membiarkan cermin hati kita kotor, dengan hiasan perbuatan buruk kita, maka pantulan kaca hati kita pun menjadi buram.

Empat Sifat HatiIman Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin mengemukakan bahwa di hati manusia berkumpul empat sifat. Sifat Sabu'iyah (kebuasan), bahimiyah (kebinatangan),syaithaniyah (kesetanan), dan rabbaniyah (ketuhanan). Masing-masing sifat itu bisa saling mengalahkan, tergantung dari manusia itu sendiri.

Kalau sifat rububiyahnya yang menang, akan timbul sifat manusia itu menjadi baik. Seperti mampu menahan hawa nafsu, qana'ah, iffah, zuhud, jujur, tawadhu,dan sejumlah sifat baik lainnya.

Manusia dengan hati yang demikian itu, senantiasa mengingat Allah. Dengan demikian, jiwanya selalu tenang dan tentaram. "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram." (QS. Ar-Rad [13] : 28). Inilah hati orang-orang yang beriman. Tidak ada kebencian, kedengkian, kesombongan, dan penyakit hati lainnya yang bersarang di dadanya.

Seperti dikatakan Rasullulah dalam sebuah Hadits. "Hati itu ada empat, yaitu hati yang bersih, di dalamnya ada pelita yang bersinar. Maka, itulah hati orang mukmin. Hati yang hitam lagi terbalik, maka itu adalah hati orang kafir. Hati yang tertutup yang terikat tutupnya, maka itu adalah hati orang munafik, serta hati yang dilapis yang di dalamnya ada iman dan nifak." (HR. Ahmad dan Thabrani).

Sementara hati yang kotor, tentunya mencerminkan perbuatan yang kotor pula. Inilah orang-orang kafir. Segala perbuatan yang dilakukannya selalu jelek dan bertentangan dengan perintah Allah. Hal ini terjadi karena cermin dari hati yang kotor itu. Akibatnya, mamantul kepada perbuatannya.

Alquran menyebutkan, hati mereka telah terkunci dengan kebenaran. Bagi mereka, dinasehati atau tidak, sama saja. Selalu yang dilakukan perbuatan buruk. Karena cermin hatinya telah terkunci dengan kotoran. "Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang sangat berat." (QS. Al-Baqarah [2] : 6-7)

Sedangkan orang-orang munafik, di hati mereka terdapat penyakit. "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyekitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka dusta. Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah [2] : 10-12).

Begitulah fenomena sebuah hati, yang merupakan cermin bagi setiap tindak-tanduk manusia. Bila cermin itu bening, maka yang memantul adalah perbuatan baik. Sebaliknya, bila hati itu kotor maka yang muncul adalah suara atau perbuatan jelak dan kemaksiatan.

Dengan demikian, ketika ada orang yang mengatakan ‘hati nurani adalah suara kebenaran,' itu tidak selalu benar. Ini tergantung dari hati nurani siapa dahulu. Kalau hati nurani orang-orang yang beriman, itu memang suara kebenaran. Akan tetapi, kalau hati nurani orang kafir atau orang munafik, itu pasti adalah suara keburukan dan penipuan.

Karena itulah, bagi setiap orang beriman diperintahkan selalu menjaga kebeningan hatinya, yaitu dengan selalu menjalankan perintah Allah, baik yang wajib maupun yang sunnah. Dengan begitu, berarti ia senantaisa menjaga kebeningan hati. Sehingga cermin yang ada di hatinya selalu bening dan akan memunculkan perbuatan yang baik. ***